Seperti sebuah kekuatan magis, humor memang sangat jitu menghipnotis orang. Ketika kita tidak berani menegur seorang teman; karena rasa sungkan atau takut dia tersinggung,cara jitu untuk mengatasinya mungkin teguran yang di sertai guyon, begitu juga ketika kita melihat sesuatu yang bersebrangan dengan selera kita, dan kita tidak berani menyampaikannya, maka trik nya adalah dengan guyon. Dengan humor atau guyon maka suasana yang tegang bisa kembali menjadi cair dan tidak kaku. Tidak jarang para Dai, atau ulama menyisipkan Humor dan Guyonannya untuk menarik para audience pada materi yang sedang di sampaikannya.
Nabi Muhammad sendiri suka guyon dan melemparkan humor-humor segar terhadap sahabat-sahabatnya, atau kepada istri-istrinya, bahkan dalam salah satu riwayat dikatakan bahwa sang nabi pernah tertawa sampai kelihatan gigi-gigi geraham nya yang putih.
Lalu bagaimana Humor ditinjau dari sudut pandang Islam? Sebagaimana ditulis oleh seorang teman saya dalam /2005/11/27/humor-dalam-islam/">Tausiyah 275/Humor dalam Islam sebelum kita membahas lebih lanjut, kita mungkin tahu bahwa tertawa adalah fitrah, artinya Allah telah memberikan rasa senang dan suka yang diwujudkan dalam bentuk aksi berupa tertawa. Islam tidak melarang kita tertawa itu artinya Islam memperbolehkan kita untuk guyon atau humor.Akan tetapi tentu bukan tanpa batasan, yaitu: selagi tertawa tersebut masih dalam koridor kewajaran dan pantas(dalam pengertian positip). Kita tentu masih ingat tokoh kharismatis NU Gusdur yang dikenal sangat nyeleneh karena guyonan-guyonannya bahkan ketika beliau menjabat sebagai Presiden pun beliau masih akrab dengan guyonan guyonan segarnya,sebagaimana bisa anda baca di blog /post/detail/9098/guyonan-ala-gus-dur">Rahmatan Lil'alamin/Guyonan ala Gusdur
Nabi Muhammad sendiri suka guyon dan melemparkan humor-humor segar terhadap sahabat-sahabatnya, atau kepada istri-istrinya, bahkan dalam salah satu riwayat dikatakan bahwa sang nabi pernah tertawa sampai kelihatan gigi-gigi geraham nya yang putih. Diriwayatkan bahwa suatu hari Nabi pernah dihampiri oleh seorang nenek tua beberapa saat setelah beliau menyampaikan da'wahnya. Sang nenek bertanya,"Wahai Rasulullah, apakah wanita setua saya bisa masuk syurga? dan kata Nabi, "Di syurga tidak ada nenek-nenek". Mendengar penjelasan dari Nabi tersebut, mundurlah sang nenek sambil menangis. Dan tidak berapa lama kemudian Nabi menghampirinya lagi, lalu berkata,"Di syurga itu tidak ada nenek-nenek, karena penghuni Syurga semua nya adalah belia, demikian juga engkau wahai nenek, engkau akan kembali menjadi belia lagi jika engkau menjadi penghuni syurga kelak". mendengar penjelasan Nabi tersebut maka ceria lah sang nenek.
yang menjadi pertanyaan kemudian, bagaimana jika humor itu ditujukan kepada seseorang,dimana tujuannya untuk menjatuhkan atau membuka aib orang tersebut? atau melecehkan seseorang yang dijadikan sebagai tokoh panutan dan teladan? atau menjatuhkan seorang Imam terhadap para jamaahnya, atau bahkan menjelek-jelekkan para nabi dari Agama tertentu? Baca /wiki/Karikatur_Nabi_Muhammad_Jyllands-Posten">Wikipedia Karikatur Nabi Muhammad/Jyllands-Posten
Meskipun Jyllands-Posten mengatakan penerbitan gambar-gambar ini ditujukan untuk menunjukkan bahwa kebebasan berbicara berlaku bagi siapapun, sebagian orang (baik Muslim dan non-Muslim) menganggap gambar-gambar tersebut adalah penghinaan terhadap Islam dan menunjukan Islamofobia di Denmark.
Sebagai reaksi atas artikel itu, dua kartunis telah menerima ancaman pembunuhan sehingga mereka terpaksa bersembunyi. Menteri luar negeri dari sebelas negara Islam mendesak pemerintah Denmark untuk menindak surat kabar yang menerbitkan karikatur di atas dan juga meminta maaf. Perdana Menteri Denmark, Anders Fogh Rasmussen berkata, "Pemerintah Denmark tidak akan meminta maaf karena pemerintah tidak mengontrol media atau surat kabar; itu adalah pelanggaran dari kebebasan berbicara," namun Rasmussen juga berkata bahwa ia "sangat menghormati penganut agama. Tentu saja saya tak akan pernah memilih untuk menggambarkan simbol keagamaan dengan cara tersebut."[6]
Jyllands-Posten sendiri telah meminta maaf karena telah menghina umat Muslim, namun tetap berpendapat bahwa mereka berhak menerbitkan karikatur tersebut, dengan alasan bahwa fundamentalisme Islam tidak dapat mengontrol hal-hal yang dapat diterbitkan media di Denmark.
Demikian juga halnya dengan anekdot yang tokoh sentralnya adalah seorang tokoh atau seorang Presiden.Tentu kita masih ingat Ketika Presiden Soeharto lengser dari jabatan presidennya, maka banyak bermunculan buku-buku hitam yang mengupas tentang kehidupan Pak harto termasuk buku-buku humor yang membidik pak Harto dan keluarga Cendananya. Beberapa contoh lain tentang humor seputar para tokoh; bisa anda unduh dari koleksi usi2506 Gerrplus/Zidu.com"target=blank">
"target=blank">
atau anda bisa membaca lebih lanjut tentang humor dan Agama Islam pada situs web ini:
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tulis Komentar anda di sini