"Namaku Surti, Mas..Aku baru 3 bulan kerja di rumah makan ini..suamiku sudah tujuh bulan sekarang ga pulang, katanya kerja di Jakarta, tapi sampai sekarang ga ada kabar beritanya,..Akh, saya butuh duit, Mas Anak saya dua.."
Dialog di atas adalah penggalan rekaman ketika saya membuka percakapan dengan salah seorang pelayan Warung makan disuatu tempat di jalur pantura. Saya terpaksa memarkir sepeda motorku karena hari tiba-tiba mendung dan hujan deras. Mau tidak mau terpaksa saya harus memesan satu cangkir kopi, dengan cemilan seadanya. Salah seorang pelayan Warung makan yang kemudian menemani saya ngobrol adalah seorang mbak-mbak yang umurnya kalau tidak salah tebak sekitar dua puluh delapanan. Awalnya kami saling tegur biasa saja.Tapi setelah beberapa menit kemudian, tanpa tahu awalnya bagaimana, kami langsung akrab, dan dia mulai bercerita.
Surti demikian nama sang pelayan warung itu.
"ya, Mas..dulu saya pernah kerja di Restoran tapi baru dua bulan saya keluar, lha, gajinya kecil mas, terus Pindah lagi, ke Rumah makan padang, ..wuih, ga betah Mas, kerjanya full gajinya minim..dan sekarang di sini..Ngopi dulu tah, Mas??"
satu dua sedotan kopi mengalir di tenggorokanku. Terasa sedikit hangat sekarang. sambil membenahi jaketku yang basah kami kemudian melanjutkan percakapan
"Mungkin dia (maksudnya: suaminya) sudah kawin lagi di sana, Mas..biarlah Tuhan Maha Tahu,..nanti juga akan terbalas. Saya sudah tidak berharap banyak lagi sama dia, ngurusin anak saja sudah capek.."
satu dua jam berlalu. Tapi hujan masih belum juga reda. Aku berusaha menggeser duduk ku karena tetesan air hujan dari genteng yang bocor jatuh tepat di atas kepalaku. Tidak kusangka dia ikut menggeser mendekatiku. Tanpa sengaja pandanganku jatuh pada belahan buah dadanya yang besar, menyembul dari balik kaos nya yang kebetulan cukup longgar. Lama aku terdiam, menangkis rasa perasaan kaku, pada apa yang ku lihat..pelan, aku buang pandanganku keluar, hujan memang masih belum reda..Surti masih terus bicara dan bicara ..aku hanya mengangguk angguk kecil sambil sesekali melempar senyum, sekedar menunjukkan bahwa aku mendengar apa yang dia ceritakan..
Surti masih terus ngomong dan ngomong, bercerita ini dan itu, sampai pada akhirnya tanpa sengaja pandanganku mengarah pada bagian pahanya, saya tidak tahu apakah dia memang sengaja atau karena lupa, selangkangan paha itu begitu lebar terbuka, sehingga aku bisa melihat jelas, celana dalamnya. Akh..begitu menggunduk, dan ..[sensor]
Dalam keadaan masih hujan, terpaksa aku harus pulang, Jika tidak mungkin sampai malam aku akan terperangkap di sana.
Akh..Kenangan pantura..terjadi secara tiba-tiba: Tak ada yang bisa mengingatkan aku pada kisah dibalik hujan itu, kecuali photo surti yang aku simpan dalam dompetku..photo yang kubidik pada saat dia memelorotkan celana dalamnya dan..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Tulis Komentar anda di sini